Weekend kemarin pada liburan kemana? Kalau saya sih berkesempatan diajak main ke Bandung bersama Kementrian ESDM dalam rangka menghadiri acara Temu Netizen ke 7 KESDM. Dalam acara tersebut, para peserta diajak berkunjung ke Museum Geologi Bandung. Haduh, ini kali pertama saya berkunjung ke museum geologi loh. Pernahnya hanya ke Museum Pancasila (yang serem itu).
Pertama-tama, kami diajak menyusuri lorong tempat dimana
sebagian koleksi dipamerkan. Sepertinya area ini digunakan untuk memamerkan
sebagian koleksi berbagai macam batuan. Tapi yang menarik perhatian bukan
batuannya. Sebuah kotak dari storage room diatas rak pajangan menjadi pusat
perhatian pada kunjungan kami di lorong ini.
Dalam kotak tersebut tersimpan
beberapa koleksi mata panah yang digunakan manusia jaman dahulu untuk berburu.
Ada juga koleksi kapak genggam dari berbagai daerah yang dulu di bangku sekolah
hanya bisa gue liat gambarnya di buku yang kadang terlihat enggak jelas karena
warnanya hanya hitam putih. Sesuatu banget bisa dapat pengalaman ketemu dengan
yang asli. Tapi sayang, koleksinya hanya dibungkus dengan plastic seperti
bungkusan obat. Agak miris. Semoga beberapa tahun dari sekarang bisa diberikan
perawatan lebih baik lagi untuk koleksi-koleksi museum ini.
Lorong tadi menghantarkan kami ke Storage Room atau ruang
penyimpanan. Ada beberapa ruang penyimpanan yang dibedakan berdasarkan pulau
yang ada di Indonesia. Kala itu, saya dan peserta lainnya diberi kesempatan
menengok langsung ruang penyimpanan koleksi Pulai Irian Jaya dan Maluku.
Penampakan ruang penyimpanannya seperti gudang IKEA versi mini. Ruang
penyimpanannya berupa susunan rak-rak yang memiliki nomor masing-masing sebagai
identitas.
![]() |
Setelah itu, kami lanjut diajak mengunjungi ruangan yang
disebut sebagai “Dapurnya Museum”. Nama sesungguhnya dari ruangan ini sih Ruang
Preparasi Vertebrata. Di ruangan inilah tulang belulang atau fosil yang
ditemukan disusun kembali untuk bisa terlihat wujud utuhnya. Kata Pak Makmur,
pengelolah museum, kalau kondisi fosilnya 80% lengkap itu sudah luar biasa.
Fosil yang ditemukan dari hasil galian tidaklah utuh. Selain terdapat
bagian-bagian yang patah, bisa juga bagian-bagiannya memang tidak ditemukan. Oleh
karena itu, selain menyusun temuan fosil, para pekerja di ruangan ini juga
bertugas untuk membuat replika bagian fosil untuk melengkapi fosil yang ada
agar bisa dipajang. Kata Pak Makmur, bekerja di ruangan ini butuh kesabaran
tinggi loh. Saya jadi makin respect dengan pejuang “Dapur Museum”.
Usai puas mengintip “Dapur Museum”, kami pun diajak melihat-lihat
koleksi fosil vertebrata yang berhasil disusun di dapur tadi. Yang menarik
perhatian saya ialah gading mamooth dan cangkang penyu yang gede banget.
Sangking terpesonanya, saya jadi lupa menanyakan usianya. Jadi inget film Ice
Age kalo liat gading mamooth yang panjang banget ini. Gadingnya aja segede ini,
apalagi mamoothnya ya?
Nah, ruangan pameran tadi bersebelahan dengan Ruang
Dokumentasi. Di ruangan ini dipenuhi beberapa PC untuk menyimpan data-data yang
sudah diubah menjadi data digital. Selain menyimpan data digital, ruangan ini
juga menjadi tempat penyimpanan beberapa arsip non-digital seperti peta dan
catatan-catatan penting seputar geologi. Disini bisa kita temukan Peta
Persebaran Batuan dari tahun sebelum Indonesia merdeka seperti peta yang
berjudul Geologische Kaart van Java. Peta yang berbahasa Belanda ini dibuat
pada tahun 1932. Wow!
Pada malam harinya, sebagai penutup, kami diajak ikutan
acara Night at The Museum. Kali ini, pesertanya tidak hanya kami, tapi juga
masyarakat dan wisatawan Bandung lainnya. Kegiatan ini terbuka untuk umum dan
untuk semua kalangan usia. Cocok banget untuk dijadikan sarana wisata keluarga.
Cocok juga untuk couple yang lagi PDKT kok. Saya dan peserta lainnya dibekali
senter untuk kegiatan ini. Di suatu ruangan memang dibuat tidak ada lampu. Jadi
makin tegang, tapi seru. Banyak banget pengunjung yang antusia dengan kegiatan
ini dari mulai anank-anak sampai orang dewasa.

Setelah puas muter-muter di ruangan gelap tadi, kami
melanjutkan kunjungan ke lantai dua. Tidak disangka, penampakan lantai dua
muaseum terlihat sangat menarik. Terdapat beberapa booth foto yang keren. Tidak
hanya booth foto yang keren, ruang pameran di lantai dua pun sangat informative
dan tidak membosankan. Lihat saja foto-foto ruang pamerannya di bawah ini.
Menurut saya, museum ini layak menjadi contoh bagi museum
lainnya. Museum seharusnya bukan menjadi tempat yang membosankan, tapi menjadi
tempat yang menyenangkan untuk menimbah ilm sambil berwisata. Dua jempol untuk
Museum Geologi Bandung!
Seruuuuu, Temu Netizen selalu hadirkan tema2 informatif dan knowledgeable :)
ReplyDeleteIya teh, bener banget! Jadi penasaran acara Temu Netizen selanjutnya akan seperti apa.
Delete"Penampakan ruang penyimpanannya seperti gudang IKEA versi mini"
ReplyDeleteiye, saya juga perasaan sempet inget kayak gini pas di sana. hehehe
kalo di Jakarta, sering lihat ada night at the museum juga, tapi belom pernah ikut
makanya, sesuatu banget pas ke Bandung langsung diajak jelajah Museum Geologi :)
Bener banget mas Huda. Jadi punya pengalaman baru ya. Acara Temu Netizen nya tidak membosankan. Malahan seru dengan ditambah acara Night at The Museum di Museum Geologi Bandung.
DeleteWahh mamooth itu usah jadi fosil kah dam? gede banget yakk. Jujur belum pernah ke museum geologi tapi kok ya kepengen habis baca tulisan mu. Kapan2 ajakin aku ya dam ke museum geologi tapi aku nggak mau siang, maunya malam biatlr sekalian PDKT,. Gmna ? wkwkwkwkwkw ������
ReplyDelete