Traveling itu memang bisa membuat hidup kamu yang biasa saja menjadi tidak biasa. Saya pun begitu. Selama perjalanan traveling, banyak hal menantang yang akhirnya saya lakukan.
Saat traveling, jiwa saya merasa bebas. Seperti merpati lepas dari sangkarnya. Super excited untuk melihat hal baru, bertemu orang baru, sampai melakukan hal yang belum pernah saya lakukan. Ada banyak hal nekad nan berkesan yang bernah saya lakukan. Beberapa terkesan gila. Termasuk 3 hal di bawah ini. Yuk simak!
#1 Numpang Tidur di Masjid 3 Hari 2 Malam
Kenapa ini saya kategorikan sebagai hal gila? Mungkin bagi kamu kaum pria, numpang tidur di masjid biasa saja. Namun, saya ini perempuan dan saya seorang nasrani. Ini bukanlah hal yang lazim yang dilakukan di keluarga maupun di lingkungan saya. Saya tumbuh di lingkungan mayoritas nasrani. Mentok-mentok kami nginep di gereja.Bisa dibilang saya orang pertama di keluarga besar saya yang pernah nekad menginap di masjid. Bisa pusing tujuh keliling mereka kalau dengar cerita saya nginep di masjid selama 3 hari 2 malam. Kemungkinan besar saya kena hujat.
Tapi saya tidak begitu ambil pusing.
Saat itu saya sedang melakukan perjalanan dari Bali ke Malang. Rencananya akan naik kereta dari Banyuwangi ke Malang. Alhasil, menyebranglah saya dari Pelabuhan Gilimanuk (Bali) ke Pelabuhan (Banyuwangi) dengan feri. Ketika itu tiba di Pelabuhan Ketapang sudah tengah malam.
Sebelum tiba di Pelabuhan Ketapang, saya memang sudah membaca review beberapa blogger bahwa di sana ada masjid besar yang menerima orang untuk menginap. Lokasinya tepat di seberang pintu keluar pelabuhan. Jadi sudah tidak begitu ragu untuk menjadikan masjid di Pelabuhan Ketapang sebagai salah satu pilihan akomodasi saya.
Setibanya di Ketapang, saya bergegas menuju masjid besar tersebut. Benar saja. Banyak sekali orang-orang yang sudah pasang posisi tidur. Bahkan beberapa dari mereka sudah terlelap tidur berhubung sudah diatas jam 12 malam saat itu.
Saya pun segera mendaftarkan diri menginap di masjid pada malam itu dengan harapan keesokan paginya bisa mendapatkan kereta. Akan tetapi saya berakhir dengan menginap selama 3 hari 2 malam di masjid tersebut karena saya kehabisan tiket kereta.
Menginap di masjid itu jauh dari kata nyaman. Jangan berharap ada bantal atau sarung. Kami hanya diizinkan tidur di pelataran luar masjid. Hanya beralaskan karpet tipis. Sepanjang malam akan diterpa angin malam. Kalau tidak kuat fisik, bisa-bisa saya sakit keesokan paginya.
Dari kejadian itu, saya jadi lebih santai dan lebih mudah beradaptasi kalau untuk masalah tidur. Tidak ambil pusing harus tidur di kasur yang nyaman atau tidak. Jadi tidak menye-menye masalah tidur ketika acara makrab fakultas. Saya jadi lebih tnagguh dong!
#2 Naik Grab Car Sejauh 90 Km
Selama di Jakarta, rata-rata saya naik grab dengan jarak dibawah 10 Km. karena kalau sudah lewat dari itu kan mahal. Mendingan saya naik kendaraan umum yang lebih terjangkau seperti busway atau kereta. Tak masalah kalau harus menghabiskan waktu yang lama untuk perjalanan tersebut. Yang penting hemat.Nah, ini naik Grab sejauh 90 Km! Yes, 90 Kilometer jauh perjalanan yang saya tempuh dengan driver Grab. Ongkos yang saya keluarkan tidak tanggung-tanggung hampir 400rb.
Ketika itu saya nekad pesan grab agar saya bisa tiba di lokasi resort diving tempat saya akan mengambil kursus diving di Bali. Lokasinya di Tulamben. Posisi saya saat itu di Denpasar. Awalnya saya berencana ikut fasilitas antar-jemput yang disediakan resort dengan biaya penjemputan sebesar 500rb. Akan tetapi, saya konfirmasinya sudah kesorean. Jadi sudah tidak ada kendaraan resort yang stand by di Denpasar.
Alhasil, saya nekad naik Grab menuju ke resort. Awalnya saya was-was karena takut tidak ada driver yang mau pick up melihat jarak perjalanan saya. Tapi ternyata ada saja driver baik hati yang meu mengantarkan penumpang tidak tahu diri seperti saya. Kenekatan saya ini berbuah baik loh. Saya jadi hemat sekitar 100rb dari rencana awal.
Berapa jauh rute perjalanan kamu dengan taksi online?
#3 Loncat Dari Jembatan
Saya ini phobia ketinggian. Kalau sudah di ketinggian, mulai deh tangan dan kaki berkeringat dingin. Jantung berdebar lebih kencang macam anak SMA yang lagi berusaha nyontek saat ujian. Tangan dan kaki juga gemetaran.Pokoknya, aktivitas semacam flying fox hal yang menyeramkan. Apalagi bunge jumping. Saya tidak akan mau coba. Sangking takutnya, saya sampai batal naik roller coster bareng teman-teman saya. Sudah rela antri berjam-jam, sampai di depan kursi wahana, saya langsung kabur lewat pintu keluar darurat dan meninggalkan teman-teman saya yang sudah terkunci dengan seat belt di tempat duduk.
Namun, akhirnya nekad juga saya loncat dari Jembatan Cinta di Pulau Tidung yang tingginya 8 meter.
Dari awal berencana ke pulau tidung, saya memang sudah niat mau melompat dari jembatannya. Tapi saya tidak tahu menahu kalau tinggi jembatannya 8 meter. Saat tiba di lokasi, saya jadi ragu untuk ikutan antrian pengunjung jembatan yang mau ikutan lompat di jembatan.
Setelah dipaksa-paksa sahabat saya, akhirnya saya nekad. Akhirnya kami ikutan ngantri. Tiba di saat giliran saya, pikirang saya semakin ragu untuk meloncat. Tapi karena disorakin orang sekitar, akhirnya…
1… 2… 3… saya loncat juga.
Detik itu juga saya menyesal kenapa saya harus mengiyakan paksaan teman saya. Kenapa saya nekad loncat. Bodoh!
Baca juga : 7 Things to Do in Tidung : The Ultimate Guide to Tidung Island
Saya yakin, durasi loncatan saya sampai menyentuh permukaan air tidak lah sampai 30 detik. Tapi, bagi saya itu lama sekali. Kalau itu durasinya 5 detik, yes, itu 5 detik terlama dalam hidup saya.
Tapi, setelah saya menyentuh air, saya merasa sangat puas. Merasa sangat bahagia. Jadi mau lagi. Tapi sayang, antriannya tidak habis-habis. Banyak sekali yang berebut ingin loncat di sana.
Bukannya menyesal, saya malah jadi bangga dengan diri saya karena berani loncat dari ketinggian segitu.
[…] Baca juga : I TRAVEL AND HAD DONE 3 CRAZY THINGS […]
ReplyDeletePasti donk sekarang phobia pada ketinggiannya udah hilang, malahan kepengen trus tuh lompat di jembatan cinta, hehe...
ReplyDeleteHayooo... ngeloncat mana lagi yang paling tinggi? Belom pernah kan ngeloncatin hati akuuu...??
ReplyDeleteKalau di jembatan cinta kayaknya saya sudah tidak takut bunda. Tapi kalau bertemu ketinggian lainnya, saya masih juga phobia. butuh ke psikiater kayaknya hehe
ReplyDeleteKalau aku maunya ngoloncatin hati si dia yang jauh di sana aja ahhhhh
ReplyDeleteaku paling jauh pake taksi online, bandung-lembang palingan 30an Km, soalnya cari yang simple waktu itu..
ReplyDeletehuaaa, btw itu loncat di jembatan, yuuk aku ikuut!
Bandung-Lembang habis berapa teh? Memang jadi simple. Tapi kasian juga sama drivernya yang harus balik jauh ke rumahnya haha. Hayu mbak kalo main ke Tidung jangan lupa ikutan loncat di jembatan.
ReplyDelete