Ondel Ondel Galau, Angkat Budaya Betawi Di Zaman Moderen


Hampir empat tahun sudah saya tinggal di Jakarta. Ibukota negara Indonesia tercinta yang sangat kental dengan suasana metropolitannya. Selama hamper empat tahun ini saya merasa sudah tahu banyak tentang Jakarta. Dari mulai nama-nama jalan utama sampai jalan-jalan pintas saya sudah hafal. Namun nampaknya saya lupa akan satu hal, budaya Betawi.

Diundang ke acara launching buku Ondel Ondel Galau beberapa hari lalu rasanya seperti menjadi tamparan keras bagi saya. Buku yang bercerita banyak tentang budaya Betawi ini ditulis oleh bocah 15 tahun! Namanya Frances Caitlin Tirtaguna.

Acara launching buku Ondel ondel Galau yang dilaksanakan di sekolah si penulis cilik, Binus School Simprung ini sangat kental dengan budaya Betawi. Dari pintu masuk sudah disambut dengan Ondel-Ondel raksasa. Pembukaan acara dimeriahkan dengan tarian khas Betawi yang saya sendiri kurang tau apa namanya. Tak lupa diselipkan juga penampilan Lenong Bocah, pentas drama khas Betawi yang dibawakan oleh anak-anak. Sebagai pelengkap, para tamu undangan juga disuguhi dengan beragam makanan khas Betawi.

Penampilan Lenong Bocah yang ikut memeriahkan launching buku Ondel Ondel Galau 
Rasanya hari itu saya benar-benar dicekokin dengan budaya Betawi yang membuat saya semakin penasaran.

Tulisan Bocah

Ditulis oleh bocah berusia 15 tahun bukan berarti buku Ondel Ondel Galau hanya buku yang berisi khayalan anak-anak semata. Banyak hal dalam novel yang ditulis bocah cilik itu yang merupakan fakta. Terlebih hal-hal yang berkaitan dengan asal usul Ondel Ondel, roti buaya dan budaya Betawi lainnya. Fakta-fakta tersebut dia peroleh melalui proses research yang serius sampai ke kampung Betawi, Situ Babakan.

Bang Indra, budayawan Betawi dari Setu Babakan yangn menjadi
salah satu narasumber peneliatian Frances saat menulis buku Ondel Ondel Galau
Dengan turun ke lapangan langsung untuk mewawancarai beberapa narasumber, sangatlah terlihat keseriusan Frances dalam menggarap buku nya. Berumur 15 tahun bukan berarti dia main-main dalam tulisan ini. Bahkan guru pendampingnya selama proses menulis ini mengatakan bahwa Frances sangatlah berdedikasi terhadap tulisannya. Saran dan komentar guru pembimbingnya dilahap habis oleh Frances dengan semangat. Setiap revisi akan dipertimbangkannya dan dilakukan demi menghasilkan tulisan yang baik.

Saya jadi malu sebagai mahasiswa. Saya saja sering ogah-ogahan dan kesal kalau disuruh revisi tugas dari dosen.

Sekolah dan orang tua yang supportive

Selama acara berlangsung terselip rasa salut akan pihak sekolah Frances yang nampaknya sangat supportive terhadap pengembangan minat dan bakat muridnya. Pihak sekolah saja sampai memberikan guru pendamping khusus bagi Frances selama proses penggarapan bukunya. Dan pada hari launching buku, pihak sekolah bersedia mengadakan acara launching buku di sekolah tersebut yang tentunya juga merupakan hasil kolaborasi dengan kedua orang tua Frances.

Buku Ondel Ondel bukan satu-satunya bukti bahwa Frances berbakat dalam menulis. Bayangkan, dengan bakat menulisnya gadis 15 tahun ini berhasil lolos seleksi dari Standford University di USA untuk mengikuti kursus Jurnalis Ekspositori pada tahun 2015. Yups, ketika dia baru duduk di kelas 7 alias kelas 1 SMP. Huh, kelas 1 SMP dulu aku masih main sepedaan di sekitaran kampung. Shame on me!

Suatu ajakan untuk mengenal budaya Betawi

Buku Ondel Ondel Galau yang sarat akan nilai budaya betawi yang rangkum melalui kaca mata seorang gadis berusia 15 tahun ini nampaknya bisa menjadi reverensi bacaan yang ringan untuk mengenal budaya Betawi.

Dengan konteks yang ringan ini, saya melihat penyebaran buku Ondel Ondel Galau kepada masyarakat luas bisa menjadi suatu ajakan untuk mengenal budaya Betawi. Bahkan tidak hanya untuk masyarakat Indonesia namun sampai ke level internasional karena buku ini ditulis dalam Bahasa Inggris.


Semoga adanya buku ini, mampu menumbuhkan rasa penasaran bagi kalangan muda untuk mengenal budayanya.

No comments